Biasalah.news – Dalam video yang direkam wisatawan pada Senin (12 September 2022), gletser di puncak gunung setinggi sekitar 200 meter runtuh dan bergemuruh di Taman Nasional Queulat. Video tersebut menjadi viral di Chili dan menjadi viral di berbagai platform media sosial, seperti dilansir Reuters, Selasa (15 September 2022).
Seorang ahli iklim dari Universitas Santiago, Raul Cordero, mengatakan frekuensi tinggi runtuhnya gletser Chili baru-baru ini cukup mengkhawatirkan. “Karena jenis peristiwa ini dipicu oleh gelombang panas atau hujan yang intens, dan lebih sering terjadi di planet ini, tidak hanya di Chili,” kata Cordero.
Rekor suhu menyebabkan gletser runtuh minggu ini di Chili, seperti yang ditangkap di media sosial dan membuat rotasi. Jika ada yang tahu harus mengatribusikan ini kepada siapa, beri tahu saya. Lihat lebih lanjut di sini dari Reuters: https://t.co/92aDJ8Mhze pic.twitter.com/iEbXlmLnlP Menurut Cordero, ada gelombang panas dengan suhu yang sangat tidak biasa di wilayah Patagonian sebelum gletser runtuh.
Baca Juga : Dugaan Penyebab Banjir Di Kota Batu Yang Menelan Korban
Cordero menambahkan bahwa juga tercatat ada udara yang relatif hangat dan lembab sebelum gletser runtuh. “Salah satu konsekuensi dari pemanasan global adalah destabilisasi beberapa gletser, dan terutama beberapa dinding glasial,” kata Cordero.
“Itulah yang terjadi dalam beberapa hari terakhir di Patagonia, mirip dengan yang terjadi beberapa bulan lalu di Himalaya dan Alpen,” lanjut Cordero. Beberapa ilmuwan percaya bahwa fenomena pemanasan global yang menyebabkan perubahan iklim disebabkan oleh aktivitas manusia dan emisi gas rumah kaca yang tinggi.
Awal tahun ini, Panel Antarpemerintah tentang Perubahan Iklim mendesak pemerintah dan industri untuk mengurangi emisi gas rumah kaca untuk mencari bahan bakar fosil sesegera mungkin. Upaya tersebut harus dilakukan untuk mencegah pemanasan global dan membatasi dampak iklim.
This post was created with our nice and easy submission form. Create your post!