in

Ternyata Penyebab Gelombang PHK Akhir 2022 Bukanlah Resesi!

#image_title

Biasalah.news – Ribuan pekerja Indonesia dilanda gelombang PHK. Pada September 2022, Kementerian Tenaga Kerja Indonesia menyatakan sebanyak 9.000 pekerjaan telah dipangkas. Namun, jika dibandingkan dengan badai PHK yang terjadi di tahun 2020, terdapat perbedaan yang mencolok.

Piter Abdullah, Direktur Eksekutif Segara Institute, mengatakan ada beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan ketika menghubungkan PHK dengan resesi.

Menurutnya, gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) yang terjadi saat ini bukanlah akibat dari wacana resesi yang marak akhir-akhir ini.

“Pada saat resesi, PHK akan lebih banyak melanda semua industri. Yang terjadi saat ini hanya terjadi di segelintir industri. Ini menandakan bahwa PHK saat ini bukanlah resesi,” kata Piter dalam d’mentor, Kamis (12/1).

Baca Juga: Perbedaan Antara SNBP dan SNBT 2023, Jalur Masuk PTN secara Nasional

gelombang phk terhadap pekerja Indonesia yang terjadi pada akhir tahun 2022

Sementara itu, Heru Widianto, Direktur KPPHI Kementerian Ketenagakerjaan, mengatakan dalam kesempatan yang sama, terdapat dua industri yang lebih banyak merumahkan pekerjanya, yakni industri start-up dan industri padat karya.

Namun, dengan situasi inflasi Indonesia yang relatif aman, Heru berharap PHK segera mereda.

“Kabar baiknya, angka inflasi Indonesia di bulan November sepertinya antara di 5,24% dan 5,7%. Saya berharap data inflasi yang disajikan oleh perekonomian saat ini juga disertai dengan pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi, sehingga kebijakan perusahaan terkait PHK nantinya akan berkurang,” katanya.

Piter menganalisis bahwa PHK baru-baru ini, terutama di industri padat karya, disebabkan oleh pasar global yang lesu. Dia mengatakan permintaan ekspor yang lebih rendah telah menyebabkan mereka kehilangan pendapatan.

Artinya, penyesuaian harus dilakukan untuk penjualan yang lebih lemah karena angka produksi yang lebih rendah.

“Pertama-tama, berhubungan dengan tekstil, sepatu, padat karya, ini disebabkan oleh penurunan permintaan. Ini benar-benar bisnis global. Pasar utama produksi mereka global. Mereka hanya melayani ekspor,” kata Piter.

“Jika mereka memangkas produksi, otomatis mereka harus memangkas tenaga kerja. Omong-omong, bisnis ini bersifat padat karya. Begitu produksi mereka turun, hal pertama yang harus dilakukan tentu saja memberhentikan karyawan,” kata Piter.

Buat Website GRATIS!!

This post was created with our nice and easy submission form. Create your post!

Pemain Saxophone Indonesia Hibur Suporter Piala Dunia 2022

Heboh, Burung Terbang Memutar di Satu Tempat Akan Gempa?