Biasalah.news – Sebagian orang terkadang mengabaikan pentingnya tidur, sehingga mereka memilih untuk tidur larut malam atau bahkan begadang selama 24 jam. Jadi, apakah kurang tidur itu berbahaya? Apa yang terjadi pada orang dengan gangguan kurang tidur kronis?
Dikutip dari Live Science, Senin (27/3/2023), Dr. Oren Cohen, pakar tidur di Rumah Sakit Mount Sinai di New York, mengatakan selama kurang tidur, orang sulit membedakan antara tidur dan terjaga.
Aktivitas otak mereka sudah menunjukkan tanda-tanda bahwa mereka berada di batas antara tidur dan terjaga, meskipun mereka tampak terjaga. Ini disebut gangguan tidur atau microsleep.
Jadi, bahkan jika seseorang yang tidak tidur selama beberapa jam tampak terjaga, otak mereka mungkin secara tidak sengaja tergelincir ke dalam keadaan tidur yang tidak normal, yang efeknya mungkin termasuk kesulitan berkonsentrasi atau berhalusinasi.
“Ketika seseorang memberi tahu saya bahwa mereka tidak tidur selama berminggu-minggu, itu hampir tidak mungkin,” kata Dr. Alon Avidon, direktur Sleep Disorders Center di University of California, Los Angeles.
Baca juga: Tidur Cukup Tapi Masih Ngantuk?? Ketahui Tanda Junk Sleep!!!
Namun masih belum jelas berapa lama seseorang bisa tetap terjaga dan efek samping apa yang akan terjadi pada tubuh.
Kurang tidur meningkatkan risiko beberapa masalah kesehatan, termasuk diabetes, penyakit jantung, obesitas, dan depresi, menurut Centers of Disease Control and Prevention.
Tetapi dalam fase kurang tidur kronis, di mana seseorang tidak bisa tidur dalam jangka waktu yang lama, efeknya tentu lebih parah dan tidak etis untuk dipelajari pada manusia.
Meskipun efek kurang tidur jangka panjang tidak dapat dipelajari, para peneliti memiliki data tentang orang-orang dengan kondisi genetik langka yang disebut fatal familial insomnia (IFF).
Mutasi genetik pada pasien ini menyebabkan protein abnormal menumpuk di otak dan semakin mengganggu tidur.
Ini menyebabkan tubuh memburuk dan mati karena protein abnormal terbentuk dan merusak sel-sel otaknya. Penyakit ini membunuh sebagian besar pasien dalam waktu rata-rata 18 bulan.
Sebuah studi tahun 1989 pada tikus menunjukkan bahwa tikus hanya bisa bertahan antara 11 dan 32 hari tanpa tidur sebelum akhirnya tikus-tikus percobaan tersebut mati.
Kemudian, sebuah studi tahun 2019 yang diterbitkan di Nature and the Science of Sleep menemukan bahwa kewaspadaan seseorang relatif normal hingga 16 jam setelah kurang tidur.
Namun setelah itu, defisit perhatian mereka meningkat secara signifikan dan bahkan semakin parah.
Dan studi lain menemukan bahwa tetap terjaga selama 14 jam mengurangi koordinasi tangan-mata setara dengan penurunan 0,1% kadar alkohol dalam darah.
Konsekuensi dari kurang tidur selama periode 24 jam ini termasuk waktu reaksi yang lebih singkat, bicara yang tidak jelas, gangguan pengambilan keputusan, penurunan daya ingat dan konsentrasi, mudah tersinggung, gangguan penglihatan, pendengaran dan koordinasi tangan-mata dan tremor.
Ketika seseorang tidak tidur selama 36 jam berturut-turut, mereka dapat mengalami peningkatan penanda peradangan dan bahkan mengalami ketidakseimbangan hormon dan metabolisme yang lambat.
Sangat sedikit penelitian yang telah dilakukan tentang apa yang terjadi pada orang yang tidak tidur selama 72 jam.
Namun ketika ini terjadi, orang bisa mengalami kecemasan, depresi, halusinasi, dan masalah dengan fungsi eksekutif.
Penting juga untuk diketahui bahwa seseorang tidak dapat keluar dari kurang tidur keesokan harinya atau di akhir pekan.
Menurut Avidon, kurang tidur bersifat kumulatif.
Mereka yang kurang tidur kemudian mengembangkan hutang tidur sehingga membutuhkan delapan jam tidur penuh untuk memulihkan setiap jam yang hilang.
Sumber: Kompas.com
This post was created with our nice and easy submission form. Create your post!
