Biasalah.news – Industri bahan bakar jet ramah lingkungan akan mencapai tonggak sejarahnya ketika pembangkit energi penghasil bahan bakar rendah emisi untuk pertama kalinya hadir. Ada andil Bill Gates dalam perkembangan ini.
Bahan bakar alternatif untuk jet nantinya akan punya harga yang sama dengan opsi berbasis bahan bakar fosil. Keseimbangan harga ini merupakan dampak dari hibah sebesar USD 50 juta atau sekitar IDR 778 miliar dari Breakthrough Energy yang dipimpin Bill Gates. Salah satu orang terkaya di dunia ini juga memberikan pinjaman dan subsidi keuangan lainnya untuk memuluskan industri ini.
LanzaJet, stratup yang didukung oleh Breakthrough Energy, sedang membangun pabrik komersial pertamanya di negara bagian Georgia, AS dan ditargetkan segera memulai produksi tahun depan. Fasilitas ini akan menggandakan kapasitas Amerika Serikat (AS) saat ini untuk membuat sustainable aviation fuel (SAF) atau bahan bakar penerbangan berkelanjutan.
Dikutip dari Fortune, sektor penerbangan global bertanggung jawab atas sekitar 3% dari gas yang membuat planet memanas saat ini, dan emisinya meningkat dengan cepat. Untuk menghindari dampak terburuk dari perubahan iklim, solusi yang ramah lingkungan sangat dibutuhkan untuk memenuhi permintaan di industri penerbangan yang terus meningkat.
SAF adalah salah satu solusi tersebut. Ini adalah label luas yang diberikan untuk bahan bakar yang sesuai dengan penerbangan yang dibuat dari sumber yang lebih berkelanjutan dibandingkan bahan bakar jet berbasis minyak tanah tradisional, meskipun sejauh ini distribusi SAF ditahan karena persediaan terbatas yang dijual dengan harga yang jauh lebih tinggi.
Teknologi LanzaJet mengambil etanol dari sumber seperti tebu di Brasil, limbah gas di China atau jagung di AS dan kemudian secara kimia mengubahnya menjadi SAF dan diesel terbarukan. Tergantung pada bahan baku yang digunakan untuk membuat etanol, LanzaJet mengatakan emisi gas rumah kaca dari SAF-nya bisa mencapai 85% lebih rendah daripada bahan bakar konvensional.
Kimia untuk mengubah alkohol menjadi bahan bakar jet dikembangkan hampir 100 tahun yang lalu, namun sejak itu telah disempurnakan untuk bekerja dengan efisiensi yang jauh lebih tinggi dan biaya yang lebih rendah. LanzaJet mengklaim dapat mengubah hampir setiap atom karbon yang masuk ke dalam proses menjadi bahan bakar yang dapat digunakan.
Namun, proses ini masih membutuhkan banyak energi. Itu berarti, tanpa subsidi atau insentif lain, biaya SAF LanzaJet dari pabrik pertama akan sekitar dua kali lebih mahal dari “saudarnya” yang berbahan bakar fosil dengan harga saat ini. Untuk memungkinkan SAF LanzaJet bersaing di pasar, startup ini pun mencari modal tambahan yang datang dalam bentuk hibah atau pinjaman berbunga rendah.
LanzaJet mendapat pinjaman murah senilai USD 50 juta dari Microsoft Climate Innovation Fund dan juga mendapatkan hibah senilai USD 14 juta dari Departemen Energi AS. Sisa USD 200 juta yang dibutuhkan untuk membangun pabrik akan datang dari pemegang saham LanzaJet yaitu LanzaTech, Mitsui & Co., Suncor Energy, British Airways, dan Shell Plc.
Baca Juga: Bill Gates Telah Mengumumkan Akan Menutup Yayasan Amalnya
Chief Executive LanzaJet Jimmy Samartzis mengatakan bahwa hibah sebesar USD 50 juta dari Breakthrough Energy datang pada saat yang penting, yakni dua tahun dalam pembangunan pabrik di Georgia. Sebab, inflasi tahun lalu menyebabkan biaya konstruksi membengkak. Tanpa uang ekstra itu, SAF yang dihasilkan dari pabrik masih akan menelan biaya 25% lebih tinggi daripada bahan bakar penerbangan konvensional.
Jenis risiko tak terduga ini biasa terjadi ketika mencoba mengkomersialkan teknologi baru. Itulah alasan Breakthrough Energy meluncurkan program Catalyst senilai lebih dari USD 1 miliar, yang mencakup kontribusi dari 15 perusahaan dan organisasi filantropi seperti General Motors Co. dan Boston Consulting Group.
Breakthrough Energy bertujuan untuk menyalurkan dukungan ke proyek-proyek yang bekerja untuk meningkatkan teknologi baru ke dalam kelayakan komersial. Hibah USD 50 juta berasal dari Microsoft Corp., Builders Vision, BlackRock Foundation, dan Bill Gates sendiri.
Untuk tahap awal, pabrik di Georgia akan menghasilkan 9 juta galon SAF dan 1 juta galon diesel terbarukan setiap tahun. Itu sebagian kecil dari 14 miliar galon bahan bakar penerbangan yang dikonsumsi oleh AS setiap tahun.
Mengingat kebijakan yang diumumkan oleh pemerintah dan perusahaan untuk mengurangi emisi penerbangan, permintaan AS untuk SAF saja diperkirakan akan tumbuh sebesar 3,2 miliar galon setiap tahun pada tahun 2030, menurut Bloomberg.
This post was created with our nice and easy submission form. Create your post!