Biasalah.news – Video tentang makan tempe bisa memicu kanker serviks di TikTok dan Facebook menjadi viral karena diperbincangkan netizen.
Video tersebut dibagikan oleh sebuah akun TikTok pada Rabu (10/5/2023).
Dalam unggahannya, si pemik juga melarang mengonsumsi tempe agar tidak terkena kanker serviks.
“Jangan makan tempe untuk kanker serviks,” tulis si pengunggah.
“Tempe terbuat dari kedelai impor asal Amerika. Kedelai mengandung genetic modified organism atau GMO yang memicu pertumbuhan sel kanker,” lanjutnya.
Hingga Jumat (12/5/2023), unggahan tersebut telah dilihat 2,8 juta kali, disukai 99.700 akun TikTok, dan mendapat 3.347 komentar.
Lantas, benarkah tempe penyebab kanker serviks?
Aru Wisaksono Sudoyo, dokter spesialis penyakit dalam dan konsultan hemato-onkologi medis MRCCC Siloam Hospitale Semanggi, membantah bahwa tempe dapat menyebabkan kanker serviks.
“Tidak,” sanggahnya saat dihubungi Kompas.com, Jumat (12/5/2023).
Menurut Aru, kanker serviks terjadi karena human papilloma virus (HPV).
Virus ini menyerang mulut, tenggorokan atau alat kelamin. HPV ditularkan melalui kontak dengan area genital atau selama hubungan seksual dengan orang yang terinfeksi virus.
Untuk mencegah infeksi, tes HPV dapat dilakukan dengan mengambil sampel sel dari leher rahim untuk diuji.
Tes dan vaksinasi HPV dapat melindungi dari risiko infeksi HPV dan kanker serviks.
Dalam video yang viral, pengunggahnya menyebut tempe dibuat dari kedelai hasil rekayasa genetika (genetically modified organism atau GMO) yang didatangkan dari Amerika Serikat.
Baca juga: Inilah Penyebab Indomie Rasa Ayam Spesial Ditarik!!
Spesialis penyakit dalam, Andi Khomeini Takdir Haruni mengatakan beberapa bahan makanan dibuat dari organisme hasil rekayasa genetika, termasuk beras yang banyak tumbuh di Indonesia.
Organisme hasil rekayasa genetika atau GMO, adalah organisme yang telah ditambahkan sifat-sifat yang diinginkan dengan menggunakan teknik rekayasa genetika.
Misalnya untuk meningkatkan pertumbuhan, kandungan gizi atau ketahanan terhadap penyakit.
Namun Andi mengatakan tidak ada bukti atau penjelasan lebih lanjut bahwa makanan hasil rekayasa genetika dapat menyebabkan kanker.
Menurut Andi, timbulnya kanker disebabkan oleh berbagai faktor, bukan hanya karena konsumsi tempe atau makanan GMO lainnya.
“Mungkin ada faktor-faktor seperti genetika, makanan, lingkungan, stres, dan gaya hidup yang tidak sehat. Jadi bukan hanya ini (tempe) yang menyebabkan kanker,” jelasnya.
Maria Shanty, Dokter Pendamping Pasien Kanker RS Kanker Dharmais, Jakarta Barat, membantah klaim tempe penyebab kanker.
“Klaim penderita kanker dilarang mengonsumsi tempe tidak tepat karena tidak bisa dikatakan semua tempe penyebab kanker,” kata Maria.
Maria juga mengingatkan bahwa makanan GM berbahaya bagi pasien kanker.
Jadi selama makan tempe atau tahu yang mengandung kedelai non-transgenik lokal atau impor, seharusnya tidak akan terpengaruh.
Menurut sebuah studi tahun 2013 oleh Fakultas Kedokteran Gigi Universitas McGill Montreal, penyebab kanker masih belum diketahui hingga hari ini.
Namun, pemicu yang diketahui seperti alkohol, HPV atau abses harus dihindari.
Banyak makanan, seperti makanan kaleng dan makanan ringan, mengandung zat yang dapat mendorong perkembangan kanker. Selain itu, makanan acar rentan terhadap karsinogen.
Contoh lain termasuk BPA (senyawa Bisphenol A) dalam pelapis kaleng plastik atau logam, benzopyrene dalam barbekyu, nitrit dalam daging, gas karbon dioksida dalam minuman ringan, dan sakarin dalam makanan sehat.
Kemungkinan besar, molekul tersebut tidak berasal dari produk olahan.
Selain itu, Cancer Research UK mengatakan tidak ada bukti bahwa konsumsi makanan yang mengandung GMO menyebabkan kanker pada manusia.
Sebagian besar pasokan kedelai Indonesia berasal dari impor.
Kompas.com melaporkan pada Senin, 19 September 2022, data pertemuan Komisi IV DPR pada Maret 2022 memperkirakan produksi kedelai nasional hanya 200.315 ton.
Sementara itu, kebutuhan kedelai dalam negeri diperkirakan mencapai 2.983.511 ton pada tahun 2022.
Artinya, produksi kedelai dalam negeri hanya sekitar 6,8% dari kebutuhan dalam negeri.
Pembahasan transgenik berbahaya bagi kesehatan tetap menjadi bahan perdebatan.
Namun, tidak ada cukup data atau penelitian untuk membuktikan bahwa produk makanan transgenik berbahaya bagi kesehatan manusia.
Setiap produk GM yang dikonsumsi masyarakat Indonesia dipastikan aman untuk dikonsumsi oleh Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) pada Minggu (1/8/2022), menurut berita dari Kompas.com.
Alasannya adalah makanan yang menggunakan GMO dikontrol secara ketat mulai dari produksi, penyimpanan, distribusi, hingga penjualan.
Sumber: Kompas.com
This post was created with our nice and easy submission form. Create your post!