Biasalah.news – Menggunakan layanan Kereta Rel Listrik (KRL) menjadi tantangan tersendiri bagi penyandang disabilitas, khususnya teman tuli.
Pasalnya, pengumuman pemberhentian kereta di stasiun masih menggunakan suara, sehingga informasi tersebut sulit diketahui teman tuli, dan tak jarang membuat mereka salah turun.
Masalah ini disadari oleh Hansel Matthew dan lima temannya di Apple Developer Academy. Mereka pun putar otak untuk membuatkan solusi yang sekaligus dijadikan tugas akhir di sana
“Awalnya kami ingin membuat aplikasi yang membantu orang lain. Semakin membantu semakin bagus. Dari sana kami mempersempit coba bantu teman disabilitas,” ujar Hansel dikutip Biasalah.news saat berbincang dengan detikINET.
Hansel dan tim melakukan riset, mereka mendapati teman tuli kesulitan menaiki transportasi umum. Berangkat dari sana, mereka membuat aplikasi yang diberi nama Comute.
Butuh empat bulan bagi Hansel dan tim mengembangkan Comute. Dua bulan digunakan untuk riset ke teman tuli, sisanya melakukan pengembangan.
Setelah aplikasi jadi, mereka kembali meminta bantuan teman tuli untuk mencoba dan mengulasnya. Banyak masukan yang diberikan untuk menyempurnakan Comute.
“Kami sempat merilis update yang menyertakan perbaikan yang kami terima,” ungkap Hansel.
Pria jebolan Universitas Indonesia itu menjelaskan aplikasi Comute punya dua fitur utama. Pertama, men-track posisi pengguna ada di mana. Ketika mendekati stasiun yang dituju, aplikasi akan memberikan notifikasi.
Baca Juga: Daftar Aplikasi dan Games Terbaik di App Store Awards 2022
“Sebagian besar informasi di KRL maupun TransJakarta masih berbasis audio, jadi teman tuli kesusahan. Dengar cerita dari mereka, sering kali kelewat. Karena itu kami membuat fitur semacam pengingat,” ujar Hansel.
Aplikasi pengingat Comute ini akan memunculkan notifikasi yang membuat ponsel bergetar saat akan tiba di stasiun tujuan. Notifikasi tersebut juga bisa dilihat lewat Apple Watch.
Fitur kedua yang dimiliki Comute adalah kemampuan mengubah suara menjadi teks. Pengguna pun bisa mengetikan langsung kata-kata yang ingin disampaikan ke lawan bicara.
“Ini akan bantu mengatasi kesulitan komunikasi antar teman tuli dan lawan bicara,” ujar Hansel optimistis.
Menariknya, aplikasi Comute ini dapat digunakan tanpa harus terkoneksi dengan internet. Demi memberikan akurasi yang baik, Hansel dan tim menerapkan algoritma tracking yang dibuat sendiri.
“Kami tidak pakai algoritma tracking eksternal karena harus pakai internet. Menurut teman tuli kemampuan trackingnya kurang. Jadi kami bikin algoritma sendiri sehingga tidak membutuhkan koneksi internet sama sekali saat melacak perjalanan mereka,” papar Hansel.
Kendati menjadi tugas akhir di Apple Developer Academy, Hansel dan rekannya memastikan akan terus mengembangkan aplikasi Comute. Mereka akan mengembangkan lebih lanjut kemampuannya, bahkan bukan tidak mungkin akan mendukung lebih banyak transportasi publik lainnya.
“Kami ingin membawa Comute ke akselerator atau program talent pool sehingga makin tervalidasi ide kami agar lebih matang,” pungkas Hansel.
This post was created with our nice and easy submission form. Create your post!